|
PEKANBARU - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau, Dr
Kamsol mengatakan, tingginya angka putus sekolah di Riau dipengaruhi empat faktor.
"Kalau kita lihat persoalan angka putus sekolah di Riau
dipengaruhi empat faktor," kata Kamsol kepada wartawan, Sabtu (15/1/2022).
Lebih lanjut Kamsol memaparkan empat faktor yang mempengaruhi
angka putus sekolah, pertama persoalan geografi. Misalnya di Kabupaten
Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti itu capaian lama sekolah rata-rata 7
tahun.
"Kalau kita melihat wajib belajar 9 tahun, di Riau masih
ada 7 kabupaten yang belum masuk, seperti Inhil dan Meranti. Itu persoalannya
geografi. Jadi kalau dari SD saja belum sampai bagaimana ke SMA-nya,"
katanya.
Kedua, persoalan ekonomi. Dimana berdasarkan pendataan Disdik
Riau per kecamatan, jumlah ruang kelas lebih banyak daripada rombangan belajar
(rombel)
"Ini artinya persoalannya ekonomi, bisa juga masalah
geografi. Tapi lebih banyak masalah ekonomi. Karena anak sekolah itu tak cukup
gratis saja, tapi mereka butuh baju dan sepatu juga," ujarnya.
Menurutnya, untuk masalah ekonomi ini sudah ada bantuan yang
diberikan oleh Gubernur Riau. Memang bantuan yang diberikan terbatas untuk anak
masyarakat adat terpencil.
"Ke depan kita akan mencari solusi untuk masyarakat kurang
mampu lainnya dengan koordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Riau,"
terangnya.
Kemudian ketiga persoalan sosial. Kamsol menyampaikan persoalan
sosial ini biasanya yang sering terjadi siswa menikah saat usia sekolah,
sehingga tidak sekolah lagi.
"Biasanya ada dorongan dari orang tua. Sebab persepsi
masyarakat masih berpikir untuk apa sekolah tinggi kalau sudah tamat jadi ibu
rumah tangga juga," ungkapnya.
"Persoalan terakhir, kesenjangan antar sekolah SMP dengan
SMA. Ini perlu kita cari solusinya dengan membangun Unit Sekolah Baru (USB),
atau penambahan Ruang Kelas Baru (RKB)," tukasnya.
0 Komentar